Wednesday, June 13, 2012

A Thousand Years "Cristina Perri"

heartbeats fast
colors and promises
how to be brave
how can i love when i’m afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow
one step closer

Read More...

Monday, June 11, 2012

“SEMANGAT MEMBERI HARAPAN EMAS”



        Matahari pagi menyilaukan mataku saat aku terbangun dari tidur. Kicauan burung yang merdu juga membangunkanku. Namun tidak untuk Teman-temanku. Lantas segera kubangunkan Teman-temanku. “Woy bangun  teman-teman,” kataku. “Lihat sekarang sudah jam 7 pagi,” lanjutku. “Iya Vin, bentar lagi,” kata Ridho.  
            Namaku Maurer Lavino. Teman-teman biasa memanggilku Vino. Aku dan teman-temanku datang dari berbagai macam latar belakang. Aku sendiri berlatar belakang dari keluarga yang tak jelas. Aku tak tau siapa Ibu dan Bapakku. Teman-temanku ada yang datang dari keluarga brokenhome, mereka juga datang atas dasar pelarian semata. Aku dan mereka mencari dunia yang bisa membuat kami nyaman dan bebas layaknya burung yang terbang bebas di udara.
            Saat jam menunjukkan pukul 9 pagi segera kucari benda yang sangat berharga yaitu lem. Sudah bertahun-tahun kuhirup lem itu, dan hasilnya aku selalu melayang dan lupa akan segala masalah yang sedang kuhadapi.
            Kubuka lem itu dan kumasukkan tanganku ke dalamnya. Agar tak terlihat orang kumasukkan ke dalam bajuku dan kuhirup pelan-pelan sambil merasakan indahnya hidup ini. Setelah lima menit kurasakan aku berada dalam langit dan terbang tinggi di angkasa meninggalkan dunia.
            Tak kusadari jam sudah menunjuk ke angka 10, lalu ku tersadar dan aku ingatkan teman-temanku untuk malanjutkan aktivitas biasanya. “Hai teman-teman ayo kita mulai bekerja,” ajakku dengan semnagat. “Oke ayo,” jawab Ridho salah satu temanku.
            Ya, sudah lama aku dan kawan-kawanku menjalani rutinitas ini. Yaitu mengamen di jalanan. Kami ini anak yang terlantar yang tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu satu-satunya jalan untuk bertahan hidup yaitu berkreasi dan menciptakan lagu-lagu ala jalanan. Hasilnya cukup untuk makan dan membeli beberapa kaleng lem. Itu sudah menjadi nikamt yang luar biasa untuk kami.
            Kami mengamen di pinggir-pinggir jalan dan di tempat-tempat biasa orang-orang makan. Kami tak pernah lelah dan tak kan pernah putus asa. Walau terik matahari menyengat dan hujan turun membasahi badan Kami yang kuat. Kami akan selalu berusaha karena Kami mempunyai harapan yang sangat cerah secerah langit biru.  
            Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12.00. Aku dan teman-teman berkumpul di gubuk yang tak jauh dari jalan raya. Kali ini aku yang bertugas untuk membeli makanan. Dan aku membeli beberapa makanan untuk makan siang. “Teman-teman, ini makanannya,” kataku. Kami menyantap makanan dengan lahap walaupun dengan lauk yang sangat sederhana. Karena ini memang kemampuan kami.
            Siang ini memang sangat panas. Walaupun begitu tapi kami tetap bekerja. Kali ini job kami pindah di dekat pasar Beringharjo. Di sana banyak orang yang beraktivitas. Sesekali kutengok keramainan Pasar Beringharjo. Banyak terdapat barang-barang khas kota Jogja yang unik. Baju batik dan aksesoris lainnya. Ingin rasanya kumiliki semua itu. Namun kupikir itu semua hanyalah mimpi belaka. Karena sekarang ini uangku lebih banyak kuhabiskan untuk biaya makan dan membeli lem
            Panas matahari terus membakar kulit hitam pekatku. Sesekali matahari bersembunyi di balik awan. Hal itu tidak memadamkan api semangatku untuk terus berusaha mencari uang. Justru semangat ini semakin berkobar dan panas seperti panas siang ini.
            Hari sudah sore. Matahari sudah malu untuk menampakkan sinarnya. Akupun bergegas untuk menuju ke gubuk. Sebelum itu kusempatkan diriku untuk makan di angkringan Jalan Malioboro sambil ku menghitung jumlah uangku yang terkumpul. Kali ini aku makan sego kucing makanan khas angkringan dengan lauk sate usus dan tempe mendoan. Kuhabiskan dua bungkus nasi. Kenyang sekali rasanya.
            Malam telah tiba, dingin seakan menjadi temanku yang setia di malam hari. Tanggal 15 Juli, itu artinya bulan purnama akan segera muncul. Bulan yang indah, yang selalu kunanti-nanti itu akhirnya menampakkan dirinya. Seakan bulan itu tersenyum memberikan semangat kepadaku. Di saat bulan purnama tiba aku biasa berdoa di bawah sinar bulan. “Ya Tuhan, Kau tahu, Aku merindukan kehidupan yang layak. Memiliki kedua orang tua yang baik dan manyayangiku. Dan Aku ingin berpendidikan serta duduk di kursi kantor ya Tuhan. Jika Engkau menghizinkan aku ingin bertemu dengan gadis idamanku suatu saat nanti ya Tuhan,” Pintaku.
            Memang sudah lama aku berkeinginan untuk belajar. Seperti layaknya orang-orang yang berpendidikan dan berwibawa. Aku ingin seperti mereka. Ingin membanggakan kedua orang tuaku di manapun mereka berada. Aku ingin pandai. Aku ingin masa depanku cerah dan memiliki tujuan. Namun apa daya, tak ada pihak manapun yang peduli dengan nasib Punkrock jalanan seperti kami. Aku ingin hidupku cerah secerah harapan dan cita-citaku. Semoga saja Tuhan mendengarkan pintaku.  
            Pagi yang cerah menyambut hariku. Aku menginginkan anak pada umumnya yang pada pagi hari menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Sungguh aku ingin seperti mereka. Namun, semua itu hanya mimpi. Dan pada akhirnya kami harus mengubur mimpi bersama-sama dan kembali mencari uang untuk mendapatkan sekaleng lem dan sesuap nasi.
            Sedikit menyebalkan memang. Namun kami tak akan menyerah. Karena ilmu tidak hanya di dapat dari sekolah. Buktnya, Kami bisa membaca hanya lewat pembelajaran yang otodidak. Yaitu dengan membaca iklan-iklan yang ada di jalanan. Itu membuat kami semua bisa membaca. kami juga pandai merangkai kata lewat lagu untuk mengungkapkan isi hati Kami.
            Pagi ini aku kembali mengajak teman-temanku untuk segera bekerja. “Hei teman-teman, ayo semangat bekerja. Demi masa depan cerah kita,” ajakku dengan semangat.
            “Mari-mari,” sahut Naufal dengan nada semangat.
            Pagi ini Kami berencana untuk bernyanyi di depan para pengunjng yang sedang melihat pameran di Jogja Expo Center. Kami semua semangat untuk pergi ke sana. Terutama Aku. Karena di samping bisa mencari uang, Kami juga bisa melihat_lihat pameran.
            Terik matahari menyengat ketika jarum jam menunjuk tepat di angka 12. Sungguh perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan uang dengan cuaca yang seperti ini. Dan kami memutuakan untuk kembali ke gubuk.
            Dari jauh kulihat seperti ada orang yang memasuki gubuk. Lantas, kami segera bergegas menghampiri orang itu. Ternyata ada seorang wanita yang sedang mengambil gambar yang tak tau digunakan untuk apa. Dengan percaya diri Aku bertanya “Selamat siang, maaf kakak ini  siapa?” tanyaku. Lalu Kakak itu menjawab “Eh siang adik-adik, kenalin nama kakak Firda. Kakak di sini cuma mau liat-liat keadaan aja adik-adik,” jawab Kakak itu. “Oh gitu, memang seperti ini keadaan Kami Kak, sederhana dan agak kumuh,” jawabku. “Kalau boleh tau, kalian sekolah di mana?” tanya kak Firda. Dika temanku yang masih kecil menjawab “Kami tidak belajar Kak, apalagi bersekolah, Kami tak punya biaya,” jawab Dika dengan muka polosnya itu.
Kak Firda kembali mengelilingi sekitar gubuk kami untuk memotret dan sesekali mengajak kami untuk berfoto. “Adik-adik, gimana kalau kakak mengajak teman-teman kakak untuk mengajar kalian di sini, lumanyan lho bisa menambah pengetahuan kalian, nanti kakak ajarin bahasa inggris, matematika dan fisika,” Kak Firda menawari kami untuk dibimbing oleh Kak Firda dan teman-temannya. Hati kami senang karena memang itu impian kita sejak dulu.
            Siang yang cerah menjelang sore, kami menunggu kedatangan Kakak. Lima belas menit kemudian Aku melihat Kak Firda datang ke gubuk bersama teman-temannya. Aku dan Kawan-kawan sangat senang. “Selamat siang adik-adik,” sapa Kak Firda. “Siang Kak,” jawab Kami serempak. “Ayo adik-adik Kita mulai belajarnya,” kata salah satu Teman Kak Firda bernama Kak Aly. “Mari Kak, kita cari tempat yang nyaman aja,” kataku.
            Lalu kami memutuskan untuk mencari tempat di atas tingkat rumah yang belum sempat dibangun. Suasana belajar kami menyenangkan karena berada di ruang terbuka. Kakak-kakak membimbing kami membaca dari awal sampai kami bisa. Kami juga dilatih untuk berhitung dan menggambar. Betapa senangnya.
            Kami sedang asik belajar. Tiba-tiba terlintas di pikiranku “Eh di mana Kania? Dari tadi tidak terlihat,”. Kak Aly salah satu teman Kak Firda bertanya padaku. “Eh Vin, cewek yang di pojok itu siapa? Dan sedang apa?” tanyanya sambil melihat ke arah Kania yang sedang ngelem. “Oh Dia Kania kak, sedang ngelem,” jawabku. “Hah? Ayo kita samperin Dia,” ajak Kak Aly.
            Kami menghampiri Kania yang sedang ngelem. “Heh Kania, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Kak Aly. “Ngelem, Kak. Memang sudah kebiasaan dan sulit untuk berhenti,” kata Kania. “Ya ampun adik-adikku, hal itu membahayakan nyawa kalian. Tau nggak? Kalian itu masih punya segudang harapan untuk berkembang. Tapi kenapa kalian sia-siakan?” kata Kak Aly. “Iya Kak, kami akan berusaha,” kata Kania.
            Tiga bulan bersama kakak-kakak yang baik adalah waktu yang sangat berkesan. Tak hanya belajar di atas tingkat bangunan yang belum dibangun saja. Tetapi kami diajak mengunjungi tempat-tempat wisata seperti “Taman Pintar” dan tempat-tempat lain di luar Jogja. Biasanya kakak-kakak itu mengajak kami bermain dalam waktu yang lama sehingga kebiasaan kami menghirup lem cukup berkurang walaupun kadang-kadang masih ada yang bersembunyi untuk menghirup.
            Kakak-kakak itu sering mengingatkan kami untuk mengurangi kebiasaan kami. Karena zat yang terkandung di dalam lem sangat berbahaya untuk kesehatan. Bahkan untuk otak kita. Kami juga diingatkan untuk selalu berusaha tegar walaupun keadaan yang tidak mendukung. Kami diingatkan untuk terus belajar di manapun kami berada.
            Siang yang cerah dengan matahari yang tidak malu menampakkan sinarnya. Terlihat dari kejauhan Kak Firda datang ke gubuk. Pemandangan berbeda dari biasanya karena Kak Firda datang bersama banyak orang yang tak tau siapa. Kupikir orang-orang itu dari kalangan pejabat. Dan ternyata benar, setelah sampai kak Firda menemui Kami dan berbicara. “Hallo adik-adik, lihat! Kakak ke sini ditemani oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu dari dinas pendidikan,” Sapa Kak Firda. Hati Kami sangat senang sampai tak bisa berkata-kata.
            Salah satu Ibu dari dinas pendidikan menyapa Kami. “Selamat siang adik-adik, apa kabar?” kata Ibu itu. “Baik bu, jawab Kami serentak. “Ibu ke sini ingin melihat keadaan Kalian dan Ibu membawa buku-buku untuk kalian baca,” kata Ibu itu saat memberitahu kami. “Terimakasih banyak bu,” jawab Naufal mewakili Kami. “Ibu di sini mewakili semua yang ada di dinas pendidiikan ingin memberikan sedikit tabungan pendidikan kepada Kalian untuk melanjutkan pendidikan Kalian,” kata Ibu itu dengan senyumannya. “Alhamdulillah, terimakasih bu,” jawab Kami.
            Kami sangat terharu dengan ini. Kami senang sekali mendapatkan buku-buku dan sumbangan pendidikan. Akhirnya Tuhan mendengar doa kami semua. Kami juga dipesan oleh Bapak/Ibu dari dinas unutk semangat belajar dan menghentikan kebiasaan buruk kami.
            Pagi hari yang cerah kusambut dengan senyuman. Karena pagi ini kami memulai aktivitas baru yaitu bersekolah.
            Pada akhirnya kuingin bersyukur pada Tuhan atas semua anugerahnyaNya. Serta kakak-kakak yang telah menumbuhkan semangat kami semua. Sehingga segala sesuatu akan indah pada waktunya.

Read More...

Saturday, June 9, 2012

Dream will Come True

Many people say that formal education is very important because of many reasons.
I think so but not only from formal education but also from the informal education.
We can get many experiences from our family, our friends, from the people around our lives.
Since we were born, we were required to study. There were from our family. 
First, we were introduced our self by our parrents. And then we were introduced  the other people in our lives
Then we played with our friends and knew many things.  
The science is like the field, if there are nothing that  make the field grow well, I think the field will grow poorly. 
Like us, we want to get the education but if there are noone who help us to be the good person, we will get nothing. So that we always need the other people to help us in our lives. 
And we have a dream. So we must make the dream to be come true. And if we follow our dreams, It's easier to study hard. 
  

Read More...

Tuesday, June 5, 2012

Raihan

Tatapannya tajam bagai pisau yang mengiris,
Tatapannya yang tajam itu penuh kelembutan,
Kelembutan yang menggambarkan kasih sayangnya,

Yaa, kasih sayangnya.
Tatapannya yang tajam, yang membua resah bila tak menatapnya.

Gerak tubuhnya lembut, halus, seperti tatapannya yang lembut.
Tatapannya yang "MENGENA"

Yaa, Dia adalah "Raihan",
Raihan yang selalu membuat orang jatuh cinta saat menatapnya.

Dia mampu melindungi.
Dengan segala kekuatan yang Ia miliki.

Seorang Raihan yang akan menjadi pahlawan saat kuterjatuh.

Read More...

Saturday, June 2, 2012

"PERFECT" (Simple Plan)
Hey, Dad, look at me
Think back, and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I'm wasting my time
Doing things I want to do?
But it hurts when you disapproved all along
And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for
You can't pretend that I'm alright
And you can't change me

[Chorus]
'Cause we lost it all
Nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect

I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don't care any more
And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't stand another fight
And nothing's all right

'Cause we lost it all
And nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect

Nothing's gonna change the things that you said
And nothing's gonna make this right again
Please don't turn your back
I can't believe it's hard just to talk to you
But you don't understand

[Chorus: x2]

Read More...