heartbeats fast
colors and promises
how to be brave
how can i love when i’m afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow
one step closer
Matahari pagi menyilaukan mataku
saat aku terbangun dari tidur. Kicauan burung yang merdu juga membangunkanku.
Namun tidak untuk Teman-temanku. Lantas segera kubangunkan Teman-temanku. “Woy
bangun teman-teman,” kataku. “Lihat
sekarang sudah jam 7 pagi,” lanjutku. “Iya Vin, bentar lagi,” kata Ridho.
Namaku Maurer Lavino. Teman-teman
biasa memanggilku Vino. Aku dan teman-temanku datang dari berbagai macam latar
belakang. Aku sendiri berlatar belakang dari keluarga yang tak jelas. Aku tak
tau siapa Ibu dan Bapakku. Teman-temanku ada yang datang dari keluarga brokenhome, mereka juga datang atas
dasar pelarian semata. Aku dan mereka mencari dunia yang bisa membuat kami
nyaman dan bebas layaknya burung yang terbang bebas di udara.
Saat jam menunjukkan pukul 9 pagi segera
kucari benda yang sangat berharga yaitu lem. Sudah bertahun-tahun kuhirup lem
itu, dan hasilnya aku selalu melayang dan lupa akan segala masalah yang sedang
kuhadapi.
Kubuka lem itu dan kumasukkan tanganku
ke dalamnya. Agar tak terlihat orang kumasukkan ke dalam bajuku dan kuhirup
pelan-pelan sambil merasakan indahnya hidup ini. Setelah lima menit kurasakan
aku berada dalam langit dan terbang tinggi di angkasa meninggalkan dunia.
Tak kusadari jam sudah menunjuk ke
angka 10, lalu ku tersadar dan aku ingatkan teman-temanku untuk malanjutkan
aktivitas biasanya. “Hai teman-teman ayo kita mulai bekerja,” ajakku dengan
semnagat. “Oke ayo,” jawab Ridho salah satu temanku.
Ya, sudah lama aku dan kawan-kawanku
menjalani rutinitas ini. Yaitu mengamen di jalanan. Kami ini anak yang
terlantar yang tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu satu-satunya jalan untuk
bertahan hidup yaitu berkreasi dan menciptakan lagu-lagu ala jalanan. Hasilnya
cukup untuk makan dan membeli beberapa kaleng lem. Itu sudah menjadi nikamt
yang luar biasa untuk kami.
Kami mengamen di pinggir-pinggir
jalan dan di tempat-tempat biasa orang-orang makan. Kami tak pernah lelah dan
tak kan pernah putus asa. Walau terik matahari menyengat dan hujan turun
membasahi badan Kami yang kuat. Kami akan selalu berusaha karena Kami mempunyai
harapan yang sangat cerah secerah langit biru.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul
12.00. Aku dan teman-teman berkumpul di gubuk yang tak jauh dari jalan raya.
Kali ini aku yang bertugas untuk membeli makanan. Dan aku membeli beberapa
makanan untuk makan siang. “Teman-teman, ini makanannya,” kataku. Kami menyantap
makanan dengan lahap walaupun dengan lauk yang sangat sederhana. Karena ini
memang kemampuan kami.
Siang ini memang sangat panas.
Walaupun begitu tapi kami tetap bekerja. Kali ini job kami pindah di dekat
pasar Beringharjo. Di sana banyak orang yang beraktivitas. Sesekali kutengok
keramainan Pasar Beringharjo. Banyak terdapat barang-barang khas kota Jogja
yang unik. Baju batik dan aksesoris lainnya. Ingin rasanya kumiliki semua itu.
Namun kupikir itu semua hanyalah mimpi belaka. Karena sekarang ini uangku lebih
banyak kuhabiskan untuk biaya makan dan membeli lem
Panas matahari terus membakar kulit
hitam pekatku. Sesekali matahari bersembunyi di balik awan. Hal itu tidak
memadamkan api semangatku untuk terus berusaha mencari uang. Justru semangat
ini semakin berkobar dan panas seperti panas siang ini.
Hari sudah sore. Matahari sudah malu
untuk menampakkan sinarnya. Akupun bergegas untuk menuju ke gubuk. Sebelum itu
kusempatkan diriku untuk makan di angkringan Jalan Malioboro sambil ku
menghitung jumlah uangku yang terkumpul. Kali ini aku makan sego kucing makanan khas angkringan
dengan lauk sate usus dan tempe mendoan. Kuhabiskan dua bungkus nasi. Kenyang
sekali rasanya.
Malam telah tiba, dingin seakan
menjadi temanku yang setia di malam hari. Tanggal 15 Juli, itu artinya bulan
purnama akan segera muncul. Bulan yang indah, yang selalu kunanti-nanti itu akhirnya
menampakkan dirinya. Seakan bulan itu tersenyum memberikan semangat kepadaku.
Di saat bulan purnama tiba aku biasa berdoa di bawah sinar bulan. “Ya Tuhan,
Kau tahu, Aku merindukan kehidupan yang layak. Memiliki kedua orang tua yang
baik dan manyayangiku. Dan Aku ingin berpendidikan serta duduk di kursi kantor
ya Tuhan. Jika Engkau menghizinkan aku ingin bertemu dengan gadis idamanku
suatu saat nanti ya Tuhan,” Pintaku.
Memang sudah lama aku berkeinginan
untuk belajar. Seperti layaknya orang-orang yang berpendidikan dan berwibawa.
Aku ingin seperti mereka. Ingin membanggakan kedua orang tuaku di manapun
mereka berada. Aku ingin pandai. Aku ingin masa depanku cerah dan memiliki
tujuan. Namun apa daya, tak ada pihak manapun yang peduli dengan nasib Punkrock jalanan seperti kami. Aku ingin
hidupku cerah secerah harapan dan cita-citaku. Semoga saja Tuhan mendengarkan
pintaku.
Pagi yang cerah menyambut hariku.
Aku menginginkan anak pada umumnya yang pada pagi hari menyiapkan diri untuk
pergi ke sekolah. Sungguh aku ingin seperti mereka. Namun, semua itu hanya
mimpi. Dan pada akhirnya kami harus mengubur mimpi bersama-sama dan kembali
mencari uang untuk mendapatkan sekaleng lem dan sesuap nasi.
Sedikit menyebalkan memang. Namun kami
tak akan menyerah. Karena ilmu tidak hanya di dapat dari sekolah. Buktnya, Kami
bisa membaca hanya lewat pembelajaran yang otodidak. Yaitu dengan membaca
iklan-iklan yang ada di jalanan. Itu membuat kami semua bisa membaca. kami juga
pandai merangkai kata lewat lagu untuk mengungkapkan isi hati Kami.
Pagi ini aku kembali mengajak
teman-temanku untuk segera bekerja. “Hei teman-teman, ayo semangat bekerja.
Demi masa depan cerah kita,” ajakku dengan semangat.
“Mari-mari,” sahut Naufal dengan
nada semangat.
Pagi ini Kami berencana untuk
bernyanyi di depan para pengunjng yang sedang melihat pameran di Jogja Expo
Center. Kami semua semangat untuk pergi ke sana. Terutama Aku. Karena di
samping bisa mencari uang, Kami juga bisa melihat_lihat pameran.
Terik matahari menyengat ketika
jarum jam menunjuk tepat di angka 12. Sungguh perjuangan yang tidak mudah untuk
mendapatkan uang dengan cuaca yang seperti ini. Dan kami memutuakan untuk
kembali ke gubuk.
Dari jauh kulihat seperti ada orang
yang memasuki gubuk. Lantas, kami segera bergegas menghampiri orang itu.
Ternyata ada seorang wanita yang sedang mengambil gambar yang tak tau digunakan
untuk apa. Dengan percaya diri Aku bertanya “Selamat siang, maaf kakak ini siapa?” tanyaku. Lalu Kakak itu menjawab “Eh
siang adik-adik, kenalin nama kakak Firda. Kakak di sini cuma mau liat-liat
keadaan aja adik-adik,” jawab Kakak itu. “Oh gitu, memang seperti ini keadaan
Kami Kak, sederhana dan agak kumuh,” jawabku. “Kalau boleh tau, kalian sekolah
di mana?” tanya kak Firda. Dika temanku yang masih kecil menjawab “Kami tidak
belajar Kak, apalagi bersekolah, Kami tak punya biaya,” jawab Dika dengan muka
polosnya itu.
Kak
Firda kembali mengelilingi sekitar gubuk kami untuk memotret dan sesekali
mengajak kami untuk berfoto. “Adik-adik, gimana kalau kakak mengajak teman-teman
kakak untuk mengajar kalian di sini, lumanyan lho bisa menambah pengetahuan
kalian, nanti kakak ajarin bahasa inggris, matematika dan fisika,” Kak Firda
menawari kami untuk dibimbing oleh Kak Firda dan teman-temannya. Hati kami senang
karena memang itu impian kita sejak dulu.
Siang yang cerah menjelang sore,
kami menunggu kedatangan Kakak. Lima belas menit kemudian Aku melihat Kak Firda
datang ke gubuk bersama teman-temannya. Aku dan Kawan-kawan sangat senang. “Selamat
siang adik-adik,” sapa Kak Firda. “Siang Kak,” jawab Kami serempak. “Ayo adik-adik
Kita mulai belajarnya,” kata salah satu Teman Kak Firda bernama Kak Aly. “Mari
Kak, kita cari tempat yang nyaman aja,” kataku.
Lalu kami memutuskan untuk mencari
tempat di atas tingkat rumah yang belum sempat dibangun. Suasana belajar kami
menyenangkan karena berada di ruang terbuka. Kakak-kakak membimbing kami
membaca dari awal sampai kami bisa. Kami juga dilatih untuk berhitung dan
menggambar. Betapa senangnya.
Kami sedang asik belajar. Tiba-tiba
terlintas di pikiranku “Eh di mana Kania? Dari tadi tidak terlihat,”. Kak Aly
salah satu teman Kak Firda bertanya padaku. “Eh Vin, cewek yang di pojok itu
siapa? Dan sedang apa?” tanyanya sambil melihat ke arah Kania yang sedang ngelem.
“Oh Dia Kania kak, sedang ngelem,” jawabku. “Hah? Ayo kita samperin Dia,” ajak
Kak Aly.
Kami menghampiri Kania yang sedang
ngelem. “Heh Kania, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Kak Aly. “Ngelem, Kak.
Memang sudah kebiasaan dan sulit untuk berhenti,” kata Kania. “Ya ampun
adik-adikku, hal itu membahayakan nyawa kalian. Tau nggak? Kalian itu masih
punya segudang harapan untuk berkembang. Tapi kenapa kalian sia-siakan?” kata
Kak Aly. “Iya Kak, kami akan berusaha,” kata Kania.
Tiga bulan bersama kakak-kakak yang
baik adalah waktu yang sangat berkesan. Tak hanya belajar di atas tingkat
bangunan yang belum dibangun saja. Tetapi kami diajak mengunjungi tempat-tempat
wisata seperti “Taman Pintar” dan tempat-tempat lain di luar Jogja. Biasanya kakak-kakak
itu mengajak kami bermain dalam waktu yang lama sehingga kebiasaan kami
menghirup lem cukup berkurang walaupun kadang-kadang masih ada yang bersembunyi
untuk menghirup.
Kakak-kakak itu sering mengingatkan kami
untuk mengurangi kebiasaan kami. Karena zat yang terkandung di dalam lem sangat
berbahaya untuk kesehatan. Bahkan untuk otak kita. Kami juga diingatkan untuk
selalu berusaha tegar walaupun keadaan yang tidak mendukung. Kami diingatkan
untuk terus belajar di manapun kami berada.
Siang yang cerah dengan matahari
yang tidak malu menampakkan sinarnya. Terlihat dari kejauhan Kak Firda datang
ke gubuk. Pemandangan berbeda dari biasanya karena Kak Firda datang bersama
banyak orang yang tak tau siapa. Kupikir orang-orang itu dari kalangan pejabat.
Dan ternyata benar, setelah sampai kak Firda menemui Kami dan berbicara. “Hallo
adik-adik, lihat! Kakak ke sini ditemani oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu dari
dinas pendidikan,” Sapa Kak Firda. Hati Kami sangat senang sampai tak bisa
berkata-kata.
Salah satu Ibu dari dinas pendidikan
menyapa Kami. “Selamat siang adik-adik, apa kabar?” kata Ibu itu. “Baik bu,
jawab Kami serentak. “Ibu ke sini ingin melihat keadaan Kalian dan Ibu membawa
buku-buku untuk kalian baca,” kata Ibu itu saat memberitahu kami. “Terimakasih
banyak bu,” jawab Naufal mewakili Kami. “Ibu di sini mewakili semua yang ada di
dinas pendidiikan ingin memberikan sedikit tabungan pendidikan kepada Kalian untuk
melanjutkan pendidikan Kalian,” kata Ibu itu dengan senyumannya. “Alhamdulillah,
terimakasih bu,” jawab Kami.
Kami sangat terharu dengan ini. Kami
senang sekali mendapatkan buku-buku dan sumbangan pendidikan. Akhirnya Tuhan
mendengar doa kami semua. Kami juga dipesan oleh Bapak/Ibu dari dinas unutk
semangat belajar dan menghentikan kebiasaan buruk kami.
Pagi hari yang cerah kusambut dengan
senyuman. Karena pagi ini kami memulai aktivitas baru yaitu bersekolah.
Pada akhirnya kuingin bersyukur pada
Tuhan atas semua anugerahnyaNya. Serta kakak-kakak yang telah menumbuhkan
semangat kami semua. Sehingga segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Many people say that formal education is very important because of many reasons.
I think so but not only from formal education but also from the informal education.
We can get many experiences from our family, our friends, from the people around our lives.
Since we were born, we were requiredto study. There were from our family. First, we were introduced our self by our parrents. And then we were introduced the other people in our lives Then we played with our friends and knew many things. The science is like the field, if there are nothing that make the field grow well, I think the field will grow poorly. Like us, we want to get the education but if there are noone who help us to be the good person, we will get nothing. So that we always need the other people to help us in our lives. And we have a dream. So we must make the dream to be come true. And if we follow our dreams, It's easier to study hard.
Hey, Dad, look at me
Think back, and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I'm wasting my time
Doing things I want to do?
But it hurts when you disapproved all along
And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for
You can't pretend that I'm alright
And you can't change me
[Chorus]
'Cause we lost it all
Nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect
I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don't care any more
And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't stand another fight
And nothing's all right
'Cause we lost it all
And nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect
Nothing's gonna change the things that you said
And nothing's gonna make this right again
Please don't turn your back
I can't believe it's hard just to talk to you
But you don't understand